Pendahuluan
Secara anatomis jantung berfungsi sebagai 2 organ pompa, yaitu atrium
dan ventrikel kanan, serta atrium dan ventrikel kiri, ventrikel adalah pompa
utamanya. Ventrikel kanan menerima darah dari sistem vena (darah deoksigenasi)
dan memompanya ke sirkulasi pulmoner, sedang ventrikel kiri menerima darah dari
vena pulmoner (darah teroksigenasi) dan memompanya ke sirkulasi sistemik
Fungsi sistolik ventrikel sering disamakan dengan cardiac output,
yang dapat didefinisikan sebagai volume darah yang dipompa jantung per
menitnya. Karena kedua ventrikel berfungsi dalam satu rangkaian, hasilnya
biasanya setara, hal ini bisa digambarkan sebagai perkalian stroke
volume dan heart rate.
Hemodinamik merupakan sistem aliran darah kardiovaskiler yang
memperlihatkan sistem kerja kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Cardiac Output
Ahli anestesi harus memiliki pengetahuan mendalam mengenai fisiologi
kardiovaskuler, hal ini sebagai dampak nyata terhadap perkembangan ilmu
anestesi dalam penanganan modern dan aplikasinya dalam praktek. Sistem
sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah. Fungsinya adalah
menyediakan oksigen dan gizi yang dibutuhkan jaringan serta membawa produk sisa
metabolisme. Jantung memompa darah melalui 2 jalur vaskuler, dalam sirkulasi
pulmoner darah mengalir melalui membran alveoler-kapiler, membawa oksigen, dan
mengeliminasi CO2. Pada sirkulasi sitemik, darah teroksigenasi dipompa ke
jaringan yang memetabolisasi, dan membawa produk sisanya ke paru, ginjal, atau
hepar.
Cardiac output (CO) adalah volume darah yang dipompa oleh ventrikel
setiap menit.Heart rate, preload, afterload, kontraktilitas
sangat menentukan CO, pada gilirannya, bila dikombinasikan
dengan resistensi arteri perifer akan menentukan perfusi ke
organ.
Parameter
Stroke volume (SV) atau isi sekuncup ialah volume darah yang dipompakan ventrikel tiap
kali berkontraksi. Sedangkan cardiac output (CO) atau curah
jantung ialah volume darah yang dipompakan ventrikel menuju aorta tiap menit. Curah jantung (CO)merupakan hasil perkalian antara
isi sekuncup ventrikel dengan frekuensi denyut jantung.
Cardiac output = stroke volume x heart rate
SV merupakan selisih antara end
diastolic volume (EDV) ±120 mL dengan end systolic volume (ESV)
sebesar ±50 mL, sehingga SV adalah sebesar ±70 mL.
CO juga sering dihubungkan dengan luas
permukaan tubuh /body surface area (BSA) disebut cardiac
index (CI), yang merupakan pembagian curah jantung dengan
luas permukaan tubuh yang sesuai dengan berat badan. Nilai normal
cardiac index berkisar 2,5- 4,2 L/menit/m2.
Carduac Index = cardiac output / BSA
Hal-hal yang mempengaruhi cardiac output
Meskipun CO dipengaruhi oleh HR dan SV,
perubahan HR secara umum lebih menentukan secara kuantitatif terhadap perubahan
CO.
Tabel : Parameter yang mempengaruhi Cardiac Output
Parameter Kenaikan Cardiac Output
|
Parameter Penurunan Cardiac Output
|
Heart rate antara 50-150 x/mnt
|
Heart rate < 50 dan > 150 x/mnt
|
Atrial kick
|
Lack of atrial kick
|
Adequate filling time
|
Inadequate filling time
|
Frank starling law-more myocardial stretch
|
Frank starling law-less myocardial stretch
|
Increased preload (to a limit)
|
Reduced preload (to a limit)
|
Low afterload
|
High afterload
|
Kenaikan HR melebihi 150 x/mnt dikaitkan dengan penurunan CO, hal ini
dikarenakan “filling time” yang menurun, dan menurunnya fase diastolik (atrial
kick). Sehingga bisa dikatakan CO akan menurun bila terjadi penurunan atrial
kick, demikian sebaliknya. Pada kondisi dimana pengisian saat diastolik
terjadi peningkatan regangan myocardial, sehingga akan menaikkan stroke
volume, hal ini terjadi sampai batas dimana peregangan otot jantung sampai
kondisi maksimal akan terjadi penurunan SV (Frank Starling Law). Hal ini
bisa dianalogikan dengan peningkatan dan penurunan preload. Afterload merupakan
tahanan yang berbading lurus dengan SVR, sehingga akan terjadi kenaikkan CO
jika kondisi afterload menurun, demikian sebaliknya pada kondisi meningkat akan
terjadi tahanan yang melawan ejeksi dari ventrikel sehingga akan terjadi
penurunan CO.
Gambar 1 : Cardiac Cycle
Keterangan Gambar : fase awal sirkulasi jantung akan terjadi pengisian
atrium oleh darah melalui vena cava inferior dan superior, kemudian darah
mengalir dari atrium ke ventrikel secara pasif mencapai sekitar 80% (E/rapid
inflow), saat volume atrium dan ventrikel berada pada kondisi dan tekanan yang
sama (fase isovolumetrik), dilanjutkan fase atrial kick yang
mengalirkan aliran darah 20 % sisanya, hal ini akan nampak sebagai gelombang
A/P, kemudian diikuti penutupan katup AV sebagai bunyi jantung I. Keempat
tahapan dalam fase diastolic dikatakan sebagai diastolic filling time.
Pada saat tekanan didalam ventrikel melebihi tekanan di aorta atau arteri
pulmonal (EDV), maka akan terjadi pembukaan katup AV/AP sebagai bunyi jantung
II, ventrikel akan berkontraksi untuk mengeluarkan darah (ESV). Seadngkan SV =
EDV – ESV, Ejecction fraction = SV/EDV.
Tekanan darah arteri (SVR/sistemic
vasculer resistence) yang melawan
kekuatan ejeksi ventrikel memiliki efek negatif terhadap SV. Hal ini disebabkan
oleh efek segera dari regangan aktif yang terjadi tidak menghasilkan ejeksi
namun untuk meningkatkan tekanan intraventrikuler saat fase isovolumetrik dari
siklus jantung. Ejeksi ventrikel tidak akan terjadi tanpa adanya peningkatan
tekanan intraventrikel yang terus naik melebihi tekanan darah arteri, dimana
peningkatan tekanan intraventrikel hingga level tersebut membutuhkan energi
yang besar. Jika tekanan arteri tinggi, maka energi kontraktil yang digunakan
untuk meningkatkan tekanan intraventrikel saat fase kontraksi isovolumetrik
akan lebih besar dan sisanya digunakan untuk fase ejeksi. Dari uraian diatas,
tiga mekanisme utama regulasi stroke volume adalah :
- Regangan
miosit saat diastol, yang ditentukan oleh tekanan akhir diastol.
- Kontraktilitas
ventrikel, yang dimodulasi oleh sistem syaraf simpatis dan pengaruh bahan kimia
lain.
- Tekanan darah arteri (SVR), yang melawan energi ejeksi.
Perubahan pada preload terutama akan
mempengaruhi EDV, sedangkan perubahan afterload dan kontraktilitas akan merubah
ESV. EDV dan ESV merupakan dua variabel yang saling bergantung sehingga
perubahan pada salah satunya akan merubah variabel yang lain.2,6 Selisih
antara EDV dan ESV akan menggambarkan strokevolume, (SV = EDV-ESV), sedangkan Ejection
Fraction (EF) merupakan estimasi global dari fungsi jantung (EF = SV/EDV).
Cara pengukuran cardiac output
Cardiac output (CO) merupakan indikator utama atau variabel penting dalam penilainan status
hemodinamik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, CO dapat dihitung dari perkalian antara stroke volume (SV) dengan frekuensi jantung (HR). Pengukuran frekuensi jantung mudah dilakukan tetapi pengukuran akurat
dari SV merupakan tantangan yang lebih besar. Karena kesulitan dalam mengukur
SV ventrikel kiri, beberapa metode baik dengan metode invasif maupun noninvasif
telah dikembangkan. Di laboratorium kateterisasi jantung atau di unit perawatan
intensif, CO diukur terutama menggunakan metode Fick atau metode dilusi (misalnya metode termodilusi) dan menggunakan teknik Doppler ultrasound. Kedua metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang akan dibahas
lebih lanjut.
Prinsip Metode Fick
Pada tahun 1870, Adolph Fick pertama
kali mengemukakan sebuah metode untuk mengukur CO pada manusia. Fick menduga
bahwa pengambilan oksigen di paru sepenuhnya ditransfer ke sirkulasi darah dan
dari situlah CO dapat dihitung dengan mengetahui konsumsi oksigen tubuh,
perbedaan kandungan oksigen antara darah arteri dan vena (gambar 8 dan persamaan CO ).
Persamaan. Aliran darah (Q), dalam hal ini CO adalah sama dengan konsumsi oksigen tubuh
(VO2) dibagi dengan selisih antara kandungan oksigen arterial (CaO2)
dengan kandungan oksigen vena campuran (CvO2).
Metode Fick sering digunakan namun
perlu juga untuk mengingat keterbatasannya, antara lain nilai yang berasal dari
asumsi konsumsi oksigen secara umum mempunyai kesalahan yang besar, pengukuran
saturasi oksigen, dan keadaan yang diasumsikan stabil. Pada kondisi ideal,
kesalahan metode Fick dalam pengukuran CO sebesar
10 – 15%.
Metode Fick paling akurat digunakan
pada kondisi CO rendah. Pada status hemodinamik tersebut, perbedaan saturasi
oksigen antara arteri dan vena sangat besar sehingga memperkecil kesalahan pada
pengukuran saturasi oksigen. Metode ini juga merupakan metode yang paling
akurat pada pasien dengan frekuensi dan ritme jantung yang irreguler seperti
pada fibrilasi atrial atau ventrikular bigemini.
Metode Dilusi Indikator dan Termodilusi
Metode dilusi dengan indikator, pertama kali digunakan pada hewan oleh Haller pada tahun 1761. Secara
sederhana dilakukan injeksi bahan indikator (via bolus atau drip), lalu
dilakukan pengukuran konsentrasi bahan tersebut di sirkulasi per satuan waktu.
Perubahan konsentrasi indikator yang terukur, perunit waktu setelah injeksi,
menggambarkan CO. Bahan indikator merupakan bahan
non toksik, dapat bercampur sempurna dengan darah, tidak keluar dari aliran
darah dan dapat dengan akurat diukur. Banyak indikator yang telah lama
digunakan termasuk Indocyanine green, dan albumin berlabel radioyodin. Namun
saat ini yang sering digunakan adalah larutan garam hipertonik yang pertama
kali digunakan oleh Stewart 1890an.
Metode ini diperbaharui oleh Ganz (1971) untuk mengukur cardiac
ouput, prinsipnya menggunakan indikator dengan larutan dingin, sehingga
akan terdilusi oleh aliran darah di arteri pulmoner. Larutan diinjeksikan
melalui ujung proksimal kateter swanz ganz menuju ke atrium kanan, kemudian
termistor diujung kateter berfungsi mengukur temperatur pada arteri pulmoner
secara kontinyu, dan terjadi penurunan suhu di arteri pulmoner kemudian akan
naik secara perlahan karena terdilusi aliran darah sampai ke temperatur dasar
tubuh. Perubahan ini dicatat sebagai kurva perubahan suhu arteri pulmoner
tarhadap waktu. Area di bawah kurva merepresentasikan cardiac output.
Gambar
: Kateter Swan Ganz
Gambar : Kurve Hemodilusi
Analisis Gelombang Arterial
Velocimetri Aorta
Faktor-faktor yang menentukan cardiac output
- Heart rate
- Stroke
volume
Stroke volume biasanya ditentukan tiga faktor utama, preload,
afterload, dan kontraktilitas. Preload adalah panjang otot sebelum kontraksi,
sedang afterload adalah tekanan yang dilawan kontraksi otot. Kontraktilitas
adalah bagian intrinsik otot yang berkaitan dengan kekuatan kontraksi tetapi
tidak tergantung preload dan afterload. Karena jantung merupakan pompa
multiruang dalam 3 dimensi, baik bentuk geometrik ventrikel dan disfungsi katup
yang dapat mempengaruhi stroke volume.
Preload
Preload ialah regangan awal miosit
sebelum berkontraksi, oleh karena itu preload berhubungan dengan panjang
sarkomer pada akhir diastol. Regangan miosit tersebut ditentukan
oleh volume akhir diastolik, tekanan akhir diastolik dan ketebalan dinding
ventrikel. Pada jantung normal, preload ventrikel kanan ditentukan EDV, secara ringkas
diterangkan dalam gambar.
Gambar . Faktor-faktor yang
menentukan preload ventrikel kanan. (+) menunjukkan bahwa peningkatan variabel
akan meningkat EDV ventrikel kanan, sehingga preload meningkat; (-) menunjukkan
bahwa variabel menurunkan preload. Pemberian PEEP yang tinggi juga akan menurunkan
complience ventrikel, sehingga preload akan menurun.
Afterload
Afterload adalah "beban"
jantung untuk berkontraksi memompa darah. Komponen utama afterload adalah
resistensi aliran darah yang diciptakan oleh
sirkulasi sistemik, dengan otot arteri dan arteriol
yang berperan utama memberikan resistensi
vaskular. Sumber lain adalah compliance ventrikel dan arteri
besar. Bila compliance ventrikel dan arteri besar menurun,
maka akan menghambat ejeksi darah sehingga afterload meningkat.
Kontraktilitas
Kontraktilitas jantung (inotropik) adalah kemampuan intrinsik miokard
untuk memompa tanpa adanya perubahan dalam preload atau afterload.
Kontraktilitas dipengaruhi oleh sistem syaraf, humoral, atau farmakologis.
Obat-obat simpatomimetik dan sekresi epinefrin dari kelenjar adrenal sama-sama
meningkatkan kontraktilitas melalui aktivasi reseptor. Kontraktilitas
miokard ditekan oleh keadaan anoksia, asidosis, deplesi simpanan katekolamin
dalam jantung, dan kehilangan massa otot yang fungsional akibat iskemia atau
infark. Sebagian besar agen anestesi dan antiaritmia bersifat inotropik negatif
(menurunkan kontraktilitas).
Gambar : regulasi kontraktilitas jantung
Tabel : faktor penyebab dan intervensi klinis pada perubahan
cardiac output
Menurun
|
Intervensi
|
Indikator
|
Intervensi
|
Meningkat
|
HR ↓/ ↑↑↑, SV ↓
|
HR & SV
(intake cairan, inotropic, kontrol HR)
|
Cardiac output
|
SVR ↑, retriksi cairan
|
HR ↑, SV ↑
|
Hipoksi, asidosis, inotropik negatif
|
Dobutamin, dopamin, simpatomimetik
|
Heart rate
|
Intake cairan, penenang, analgetik, digitalis, amiodaron, lidokain
|
Dehidrasi, keaakitan, cemas,disritmia
|
VR ↓, HR ↑↑↑
|
Intake cairan
|
Preload
|
Retriksi cairan
|
VR↑, CHF, PH, PS, TS,MS,AS
|
Anemia, SVR ↓, CV↑, TIT ↑
|
Penyebab, Dopamin, dobutamin, norephinephrine
|
Afterload
|
Vasodilator (NTG), Milrinon
|
SVR ↑, CV↓, anatmomic obstruktif, viscositas darah ↑
|
Hipoksi, asidosis,ggn elektrolit
|
Penyebab, Dobutamin, dopamin, simpatomimetik
|
Kontraktilitas
|
Intake cairan, penenang, analgetik, digitalis, amiodaron, lidokain
|
Dehidrasi, keaakitan, cemas,(peningkatan aktivitas syympatis)
|
Keterangan : disarikan, SV (stroke volume), TIT (tekanan intra
thorakal), CV (complience ventrikular), SVR (systemic vascular resystence), HR
(heart rate), PH (pulmonal hypertensi), PS (pulmonal stenosis), TS (trycuspidal
stenosis), MS (mitral stenosis), AS (aorta stenosis), CHF (cardiac heart
failure), ↑ (meningkat), ↑↑↑ (sangat meningkat), ↓ (menurun), ↓↓↓ (sangat
menurun)
Perubahan Fisiologis Stroke Volume Dan Cardiac
Output
Kehamilan
Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan
hemodinamik yang besar dan dimulaipada awal trimester pertama. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume
darah dan frekuensi jantung serta penurunan resistensi vaskuler sistemik
menyebabkan peningkatan cardiac output yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan. Volume darah mulai meningkat pada trimester pertama
(±6 minggu) masa kehamilan sebesar ±20% dan pada trimester kedua akan mencapai
sekitar 50% dibanding sebelum hamil. Frekuensi jantung juga meningkat menjadi sekitar 20%. Peningkatan
volume darah tersebut merupakan suatu adaptasi untuk meningkatkan aliran darah
ke organ-organ penting dalam kehamilan, khususnya uterus.
Perubahan hemodinamik selama masa kehamilan berhubungan dengan peningkatancardiac output dan penurunan resistensi perifer.
Tekanan darah pada kebanyakan pasien tetap sama atau turun sedikit. Tekanan vena di kaki meningkat, menyebabkan pedal edema pada
banyak pasien.
SV dan CO juga berubah menurut perubahan posisi tubuh pada wanita hamil
terutama pada trimester ketiga. Pada posisi terlentang, SV dan CO akan menurun
signifikan dibanding posisi tidur miring ke kiri oleh karena adanya penekanan
pada vena kava inferior oleh uterus gravid, sehingga aliran darah balik vena
menurun dan akan menurunkan preload.
Perubahan hemodinamik selama persalinan terjadi mendadak. Pada tiap kontraksi rahim,
±500 ml darah dilepaskan ke sirkulasi, mendorong peningkatan pesat dalam COdan tekanan darah. CO dapat meningkat
hingga 50 persen di atas nilai dasar selamakala II. Setelah melahirkan
bayi, terjadi peningkatan mendadak pada venous return, sebagian karena autotransfusi dari
rahim, dan juga karena bayi tidak lagi menekan vena kava inferior. Selain itu, autotransfusi terjadi terus
menerus dalam 24 hingga 72 jam setelah
melahirkan.
Semua perubahan mendadak tersebut
merupakan risiko tinggi untuk pasien dengan penyakit jantung. Pendekatan
multidisipliner selama persalinan adalah hal yang sangatpenting. Dokter spesialis jantung dan dokter spesialis kandungan harus
bekerja samadengan dokter spesialis anestesi untuk menentukan metode persalinan yang paling aman.
Latihan
Perubahan terkoordinasi pada sirkulasi perifer dan jantung pada saat
latihan :
- Peningkatan
aktifitas sistem syaraf simpatis dan penurunan aktifitas vagal untuk
meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat fase sistolik. Penurunan
waktu pengisian ventrikel diimbangi dengan peningkatan kontraktilitas
atrium sehingga pengisian ventrikel lebih efektif.
- Kontraktilitas
ventrikel meningkat oleh syaraf simpatis jantung dan sedikit adrenalin
dalam sirkulasi. Mekanisme ini akan meningkatkan fraksi ejeksi dan SV.
Total pengendalian inotropik positif antala lain oleh peningkatan
aktifitas simpatis, peningkatan kadar adrenalin dan noradrenalin plasma
>20 kali, dan angiotensin lebih dominan dari efek inotropik negatif oleh
hiperkalemia dan asidosis laktat.
- Sistem syaraf
simpatis vasomotor menyebabkan vasokonstriksi sirkulasi splanchnic dan
pompa otot skeletal menekan vena pada ekstremitas yang akan meningkatkan
aliran darah ke vena sentral dan mencegah penurunan tekanan vena sentral
(CVP) meskipun pompa jantung meningkat, sehingga EDV meningkat dan
begitupun SV dan CO.
- Vasodilatasi
pembuluh darah pada otot skeletal menurunkan tahanan vaskular perifer.
Mekanisme ini dapat meminimalisasi peningkatan tekanan darah saat latihan,
sehingga penurunan SV oleh karena peningkatan afterload dapat dicegah.
Daftar Pustaka
- Murray MJ,
Mikhail MS, Morgan GE. Cardiovascular Physiology & Anesthesia. In :
Clinical Anesthesiology 4rd ed. New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill
Medical Publishing Four Edition, 2006 : 359 - 412.
- Klabunde RE.
Cardiovascular Physiology Concepts. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins; 2005. p.68-85.
- Mohrman DE,
Heller LJ. Cardiovascular Physiology, 6th Ed. McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2006.
- Guyton AC,
Hall JE. Textbook of Medical Physiology, 11th Ed.
Philadelphia: Elsevier Inc.; 2006. p.103-288.
- Ganong WF.
Review of Medical Physiology, 21st Ed. McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2003.
- Levick JR. An
Introduction to Cardiovascular Physiology, 3rd Ed. London:
Arnold; 2000. p.78-117.
- Boom CE.
Panduan Klinis Kardiak Anestesia.. Kosa Kata Kita. Jakarta; 2010
- Johnson
B, Adi M, Michael G. Licina, Hillel H, Thys
D, Hines RL, Kaplan JA. Cardiovascular Physiology, Pharmacology,
And Molecular Biology. In : Kaplan. Essentials of Cardiac Anesthesia 1st
ed. Saunders, An Imprint of Elsevier; 2008; 53-66.
- Szalados J.
Approach to Intravascular Access and Hemodynamic Monitoring. In :
Apostolakos MJ. Papadakos P. The Intensive Care Manual. The McGraw-Hill
Companies. New York; 2001; 15-54.
- Stouffer GA.
Cardiovascular hemodynamics for the clinician. Massachusetts: Blackwell
Futura; 2008. p.81-87.
- McConachie I.
Cardiac function, monitoring, oxygen transport. In : Handbook of ICU
Therapy Second Edition. Cambridge University Press ; 2006; 3-25.
- Sharkey SW.
Cardiac Output. In : A guide interpretation of hemodinamic data in the
coronary care unit. Lippincott Williams & Wilkins.Philadhelpia; 1997;
49-64.
- Jhanji S,
Dawson J, Pearse RM. Cardiac Output Monitoring: Basic Science and Clinical
Application. Anaesthesia; 2008. p.172–18.
- Kibble JD,
Halsey CR. Medical Physiology: The Big Picture. McGraw-Hill Companies,
Inc.; 2009. p.131-174.
- Despopoulos A,
Silbernagl S. Color Atlas of Physiology, 3rd Ed. Thieme;
2003. p.203-205.
- Lang RM, borow
KM, neumann A, janzen D. Systemic vascular resistance: an unreliable index
of left ventricular afterload. Circulation 1986, 74:1114-1123.
- Anonymous. The
Heart and Cardiac Output. Nursecom Educational Technologies; 2004.
- Dorinsky PM.
Whitcomb ME. The effect of PEEP on cardiac output. http://chestjournal.chestpubs.org/content/84/2/210.
- OH JK, Tajik
AJ. Assasment of diastolik fungtion. In the echo manual. Third
edition.lippincot william & wilkin .USA; 2006;122-141
- Melo A,
Madonik M, Vega A. Intra-Aortic Balloon Pump. In : Perioperative Care in
Cardiac. Cheng DC, David TE. Anesthesia and Surgery. Texas ; 1999; 93-97.
SUMBER : dari sini
No comments:
Post a Comment