20 July 2009

OBAT ASMA

Dengan obat asma yang tepat penderita asma/bengek dapat menjalani kehidupan normal.
Obat asma untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan obat asma rutin untuk mencegah serangan.

Obat asma sendiri dapat dibagi berdasarkan golongannya sebagai berikut :
·   Obat asma golongan agonis reseptor beta-adrenergik
·   Obat asma golongan theophylline
·   Obat asma golong kortiko steroid
·   Obat asma golongan antikolinergik

1.     Agonis reseptor beta adrenergik 
Indikasi
:
-  Serangan asma akut
-  Mencegah serangan yang dipicu olahraga atau aktivitas fisik.
Contoh obat
:
Salbutamol menjadi obat lini pertama sebagai bronkodilator
Efek
:
Bereaksi cepat hanya beberapa menit tetapi efeknya hanya 4-6 jam saja.
Pemberian
:
Nebu, IV, PO (tab, syr)
Efek samping
:





2.    Golongan Theophylline 
Obat asma jenis ini biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting.
Indikasi
:
Serangan asma berat (IV)
Contoh obat
:
Aminophylline melalui infus intravena.

Efek
:
Short-acting (tab&syr) & long-acting (cap & tab)
Pemberian
:
PO (tab, syr), IV
Efek samping






3.    Kortikosteroid 
Indikasi
:
Peradangan pada asma
Contoh obat
:
Busonide, Metylprednisolon, Deksametason, Beclometason
Efek
:
Anti inflamasi
Pemberian
:
PO, IV
Efek samping







4.    Antikolinergik 
Obat asma ini bekerja dengan Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.
Indikasi
:

Contoh obat
:

Efek
:
Menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.
Pemberian
:

Efek samping







Pengobatan untuk serangan asma
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat).
Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine atau terbutaline di bawah kulit dan aminophylline (sejenis theophylline) melalui infus intravena.
Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen.
Pengobatan asma jangka panjang

Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.

Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler corticosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien.
Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan theophylline per-oral.
Penggunaan dan isi sediaan dari obat asma bisa kombinasi dari golongan di atas. Adapun bentuk sediaan dari obat asma bermacam-macam pula diantaranya:
1.     Obat asma yang ditelan (tablet, sirup dan kapsul)
2.    Obat asma hirup (inhaler, rotahaler, diskhaler dsb)
3.    Obat asma suntik/injeksi
Sumber: Medicastore.com


1 comment:

  1. postinagan yang bagus tentang obat asma,,,
    semoga bermanfaat

    ReplyDelete