Edema Paru Akut (EPA) adalah
akumulasi cairan di paru-paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat
disebabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau
karena peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang
mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan dengan cepat.
Edema paru kardiogenik akut merupakan gejala yang dramatik ditandai dengan derajat
transudasi cairan dengan kandungan protein yang rendah ke paru dari kejadian
gagal jantung kiri yang akut. Hal ini dapat diakibatkan oleh gangguan pada
jalur keluar dari atrium kiri, peningkatan volume yang berlebihan di ventrikel
kiri, disfungsi diastolik atau sistolik dari ventrikel kiri atau obstruksi pada
jalur keluar dari ventrikel kiri. Akibat akhir yang ditimbulkan adalah hipoksia
berat.
Diagnosis
PEMERIKSAAN
|
KARDIOGENIK
|
NONKARDIOGENIK
|
Anamnesis
Acute cardiac event
|
Sering
|
Jarang
|
Pemeriksaan fisik
- Perifer
- S3 gallop/
kardiomegali
- JVP
- Ronki
|
Dingin
Positif
Meningkat
Basah
|
Hangat, nadi kuat
Negative
Tak meningkat
Kering
|
Pemeriksaan Penunjang
- EKG
- Foto toraks
- Enzim kardiak
- Pulmonary capillary wedge pressure
- Shunt intrapulmonar
- Rasio protein edema dan
plasma
|
Iskemik/infark
Kardiomegali
Bisa meningkat
> 18 mmHg
Sedikit
< 0,5
|
Biasanya normal, aritmia
Infiltrat difus bilateral
Biasanya normal
< 18 mmHg
Hebat
> 0,7
|
Manifestasi klinis
- Sesak napas hebat yang dapat
disertai sianosis
- Berkeringat dingin
- Batuk dapat disertai dahak yang
berwarna kemerahan (pink frothy sputum)
- Pasien merasa ketakutan.
- Pasien bisanya dalam posisi duduk
atau sedikit membungkuk kedepan.
Pemeriksaan Fisik
- Frekuensi napas meningkat
- Dilatasi ala nasi
- Retraksi inspirasi pada sela
interkostal dan fossa supraklavikula → tekanan negatif intrapleural yang besar
dibutuhkan saat inspirasi.
Paru : ronki basah kasar setengah lapangan
paru atau lebih, Wh +/+
Jantung : protodiastolik gallop, BJ II pulmonal
mengeras.
Radiologis
Foto thorax: hilus yang melebar dan
densitas meningkat disertai tanda bendungan paru, akibat edema interstitial
atau alveolar.
EKG
Pasien dengan edema paru kardiogenik
yang non-iskemik biasanya menunjukkan gambaran gelombang T negatif yang lebar
dengan QT memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah klinis
stabil. Pasien dengan krisis hipertensi biasanya menunjukkan gambaran
hipertrofi ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Manajemen edema paru akut harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan, meskipun pemeriksaan untuk melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik masih berlangsung.
Penatalaksanaan
Manajemen edema paru akut harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan, meskipun pemeriksaan untuk melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik masih berlangsung.
Manajemen EPA dilakukan dengan
langkah-langkah terapi berikut yang biasanya dapat dilakukan secara bersamaan :
Posisi dan Terapi Oksigen
- Pasien diposisikan dalam keadaan
duduk atau setengah duduk.
- Oksigen (40-50%) segera diberikan
sampai dengan 8 L/menit, untuk mempertahankan PO2, kalau perlu dengan masker. Continuous
positive airway pressure (CPAP) sangat membantu pada pasien tertentu.
- Intubasi endotrakeal dan ventilator → Jika kondisi pasien semakin
memburuk, timbul sianosis, makin sesak, takipneu, ronki bertambah, PO2 tidak
bisa dipertahankan ≥60 mmHg, atau terjadi kegagalan mengurangi cairan edema
secara adekuat.
- Efek terapi : Oksigen konsentrasi
tinggi akan meningkatkan tekanan intraalveolar sehingga dapat menurunkan
transudasi cairan dari kapiler alveolar dan mengurangi aliran balik vena
(venous return) ke toraks , mengurangi tekanan kapiler paru.
Morfin Sulfat
- Morfin IV 2-5 mg (diulangi tiap 15
menit). Sampai total dosis 15 mg biasanya cukup efektif. → diencerkan jadi 10
cc (=1mg/cc)
- Efek terapi : obat ini mengurangi
kecemasan, mengurangi rangsang vasokonstrikstor adrenergik terhadap pembuluh
darah arteriole dan vena. Obat ini dapat menyebabkan depresi pernapasan,
sehingga nalokson harus tersedia.
Nitroglycerin dan Nitroprusside
- Nitroglycerin sublingual 0,4-0,6 mg
(dapat diulangi setiap 5 menit). Jika pasien tidak respon atau EKG menunjukkan
tanda-tanda iskemik, nitroglycerin dapat diberikan melalui drip intravena 10-30
ug/menit dan dititrasi.
- Pada pasien dengan hipertensi
resisten dan tidak berespon baik dengan pemberian nitroglycerin, dapat
diberikan nitroprusside dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan dititrasi.
Diuretik loop intravena
- Furosemid 40-80 mg i.v.
bolus atau bumetanide 0,5 – 1 mg iv
- Dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan setelah 4 jam atau dilanjutkan dengan drip kontinu sampai dicapai
produksi urin 1 ml/kgBB/jam.
- Selama terapi ini elektrolit serum
dimonitor terutama kalium.
Inotropik
Pada pasien dengan hipotensi atau
pasien yang membutuhkan tambahan obat-obatan inotropik, dapat dimulai dengan :
- Dopamin dosis 5-10 ug/kg/menit dan
dititrasi sampai mencapai tekanan sistolik 90-100 mmHg.
- Dopamin dapat diberikan sendiri atau
dikombinasikan dengan dobutamin yang dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan
dititrasi sampai terjadi respon klinis yang diinginkan.
Aminofilin
Kadang aminofilin 240-480 mg IV efektif mengurangi bronkokonstriksi, meningkatkan aliran darah ginjal dan pengeluaran natrium dan memperkuat konstraksi miokard.
Obat trombolitik : atau revaskularisasi pada pasien dengan infark miokard akut.
No comments:
Post a Comment