10 March 2015

EDEMA PARU AKUT

Edema Paru Akut (EPA) adalah akumulasi cairan di paru-paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan dengan cepat. 
Edema paru kardiogenik akut merupakan gejala yang dramatik ditandai dengan derajat transudasi cairan dengan kandungan protein yang rendah ke paru dari kejadian gagal jantung kiri yang akut. Hal ini dapat diakibatkan oleh gangguan pada jalur keluar dari atrium kiri, peningkatan volume yang berlebihan di ventrikel kiri, disfungsi diastolik atau sistolik dari ventrikel kiri atau obstruksi pada jalur keluar dari ventrikel kiri. Akibat akhir yang ditimbulkan adalah hipoksia berat.

Diagnosis

PEMERIKSAAN
KARDIOGENIK
NONKARDIOGENIK
Anamnesis
Acute cardiac event

Sering

Jarang
Pemeriksaan fisik
-  Perifer
-  S3 gallop/ kardiomegali
-  JVP
-  Ronki

Dingin
Positif
Meningkat
Basah

Hangat, nadi kuat
Negative
Tak meningkat
Kering
Pemeriksaan Penunjang
-  EKG
-  Foto toraks
-  Enzim kardiak
-  Pulmonary capillary wedge pressure
-  Shunt intrapulmonar
-  Rasio protein edema dan plasma

Iskemik/infark
Kardiomegali
Bisa meningkat
>  18 mmHg  
Sedikit
< 0,5

Biasanya normal, aritmia
Infiltrat difus bilateral
Biasanya normal
< 18 mmHg
Hebat
> 0,7

Manifestasi klinis
- Sesak napas hebat yang dapat disertai sianosis
- Berkeringat dingin
- Batuk dapat disertai dahak yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum)
- Pasien merasa ketakutan.
- Pasien bisanya dalam posisi duduk atau sedikit membungkuk kedepan.

Pemeriksaan Fisik 
- Frekuensi napas meningkat
- Dilatasi ala nasi
- Retraksi inspirasi pada sela interkostal dan fossa supraklavikula → tekanan negatif intrapleural yang besar dibutuhkan saat inspirasi.

Paru         : ronki basah kasar setengah lapangan paru atau lebih, Wh +/+
Jantung    : protodiastolik gallop, BJ II pulmonal mengeras.

Radiologis
Foto thorax: hilus yang melebar dan densitas meningkat disertai tanda bendungan paru, akibat edema interstitial atau alveolar.

EKG
Pasien dengan edema paru kardiogenik yang non-iskemik biasanya menunjukkan gambaran gelombang T negatif yang lebar dengan QT memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah klinis stabil. Pasien dengan krisis hipertensi biasanya menunjukkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri.

Penatalaksanaan
Manajemen edema paru akut harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan, meskipun pemeriksaan untuk melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisik masih berlangsung.
Manajemen EPA dilakukan dengan langkah-langkah terapi berikut yang biasanya dapat dilakukan secara bersamaan :

Posisi dan Terapi Oksigen
- Pasien diposisikan dalam keadaan duduk atau setengah duduk.
- Oksigen (40-50%) segera diberikan sampai dengan 8 L/menit, untuk mempertahankan PO2, kalau perlu dengan masker. Continuous positive airway pressure (CPAP) sangat membantu pada pasien tertentu.
- Intubasi endotrakeal dan ventilator Jika kondisi pasien semakin memburuk, timbul sianosis, makin sesak, takipneu, ronki bertambah, PO2 tidak bisa dipertahankan ≥60 mmHg, atau terjadi kegagalan mengurangi cairan edema secara adekuat.
- Efek terapi : Oksigen konsentrasi tinggi akan meningkatkan tekanan intraalveolar sehingga dapat menurunkan transudasi cairan dari kapiler alveolar dan mengurangi aliran balik vena (venous return) ke toraks , mengurangi tekanan kapiler paru.

Morfin Sulfat
- Morfin IV 2-5 mg (diulangi tiap 15 menit). Sampai total dosis 15 mg biasanya cukup efektif. → diencerkan jadi 10 cc (=1mg/cc)
- Efek terapi : obat ini mengurangi kecemasan, mengurangi rangsang vasokonstrikstor adrenergik terhadap pembuluh darah arteriole dan vena. Obat ini dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga nalokson harus tersedia. 

Nitroglycerin dan Nitroprusside
- Nitroglycerin sublingual 0,4-0,6 mg (dapat diulangi setiap 5 menit). Jika pasien tidak respon atau EKG menunjukkan tanda-tanda iskemik, nitroglycerin dapat diberikan melalui drip intravena 10-30 ug/menit dan dititrasi.
- Pada pasien dengan hipertensi resisten dan tidak berespon baik dengan pemberian nitroglycerin, dapat diberikan nitroprusside dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan dititrasi.

Diuretik loop intravena
- Furosemid 40-80 mg i.v. bolus atau bumetanide 0,5 – 1 mg iv
- Dapat diulangi atau dosis ditingkatkan setelah 4 jam atau dilanjutkan dengan drip kontinu sampai dicapai produksi urin 1 ml/kgBB/jam.
- Selama terapi ini elektrolit serum dimonitor terutama kalium.

Inotropik
Pada pasien dengan hipotensi atau pasien yang membutuhkan tambahan obat-obatan inotropik, dapat dimulai dengan :
-  Dopamin dosis 5-10 ug/kg/menit dan dititrasi sampai mencapai tekanan sistolik 90-100 mmHg.
-  Dopamin dapat diberikan sendiri atau dikombinasikan dengan dobutamin yang dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan dititrasi sampai terjadi respon klinis yang diinginkan.

Aminofilin
Kadang aminofilin 240-480 mg IV efektif mengurangi bronkokonstriksi, meningkatkan aliran darah ginjal dan pengeluaran natrium dan memperkuat konstraksi miokard.

Obat trombolitik : atau revaskularisasi pada pasien dengan infark miokard akut.




No comments:

Post a Comment