Pada dasawarsa terakhir, di seluruh dunia disinyalir adanya peningkatan luar biasa kasus infeksi oleh jamur. Kasus infeksi seperti infeksi mukosa mulut, bronchia, usus, vagina dan lain-lain oleh Candida albicans.
Penyebaran jamur ini mungkin disebabkan oleh sangat meningkatnya pengunaan antibiotik berspektrum luas dimana-mana sehingga merusak keseimbangan biologi flora kuman normal.
Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik/dalam tubuh dan infeksi jamur topikal/kulit. Di bawah ini akan dibahas mengenai obat jamur untuk infeksi jamur sistemik.
Pada infeksi umum, jamur tersebar di tubuh atau mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh, yang kadang-kadang dapat membahayakan jiwa.
- Penggolongan Obat Jamur Sistemik
Obat jamur untuk infeksi jamur sistemik:
- Amfoterisin B. Obat ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitis, Paracoc braziliensis, beberapa strain Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
- Flusitosin. Obat ini efektif untuk pengobatan Kriptokokosis, Kandidosis, Kromomikosis, Torulopsis dan Aspergilosis.
- Ketokonazol dan Triazol. Sebagai turunan Imidazol, Ketokonazol mempunyai aktivitas anti jamur baik sistemik maupun nonsistemik, Efektif terhadap Candida, Coccioides immitis, Cryptococcus neoformans, H.capsulatum, B.dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix.
- Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis.
Infeksi jamur (mikosis) sistemik jarang dijumpai, tetapi berbahaya dan sifatnya kronis.
Amfoterisin B merupakan obat jamur yang efektif untuk infeksi sistemik yang berat. Dikarenakan toksisitasnya, obat ini harus diberikan dengan infus di rumah sakit oleh tenaga medis yang kompeten.
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor sehingga terjadi kehilangan bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.
Disamping Amfoterisin B, Ketokonazol adalah suatu obat jamur untuk infeksi sistemik yang berspektrum luas.
- Amfoterisin B. Obat ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitis, Paracoc braziliensis, beberapa strain Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
- Infeksi Jamur Sistemik
Infeksi jamur sistemik berdasarkan penyebabnya berikut obat terpilihnya adalah:
- Aspergilosis. Aspergilosis paru sering terjadi pada penderita penyakit imunosupresi yang berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap pengobatan dengan obat jamur. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B secara intra vena dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg BB setiap hari.
- Blastomikosis. Obat jamur terpilih untuk Blastomikosis adalah Ketokonazol per oral 400 mg mg sehari selama 6-12 bulan. Itrakonazol dengan dengan dosis 200-400 mg sekali sehari juga efektif pada beberapa kasus. Amfoterisin B sebagai cadangan untuk penderita yang tidak dapat menerima Ketokonazol.
- Kandidiasis. Pengobatan menggunakan Amfoterisin B. Flusitosin diberikan bersama Amfoterisin B untuk Meningitis, Endoftalmitis, Artritis oleh Kandida. Disamping penyebarannya yang lebih baik ke jaringan sakit, Flusitosisn diduga bekerja aditif dengan Amfoterisin B sehingga dosis Amfoterisin B dapat dikurangi.
- Koksidioidomikosis. Adanya kavitis (ruang berongga) tunggal di paru atau adanya infiltrasi fibrokavitis yang tidak responsif terhadap kemoterapi merupakan ciri khas penyakit kronis Koksidioidomikosis. Penyakit ini dapat diobati dengan Amfoterisin B secara intra vena, Ketokonazol, Itrakonazol.
- Kriptokokosis. Obat terpilih adalah Amfoterisin B dengan dosis 0,4-0,5 mg/kg per hari secara intra vena. Penambahan Flusitosin dapat mengurangi pemakaian Amfoterisin B (0,3 mg/kg). Flukonazol bermanfaat untuk terapi supresi pada penderita AIDS.
- Histoplasmosis. Penderita histoplasmosis paru kronis sebagian besar dapat diobati dengan Ketokonazol 400 mg per hari selama 6-12 bulan. Itrakonazol 200-400 mg sekali sehari juga cukup efektif. Amfoterisin B intra vena secara intra vena juga dapat diberikan selama 10 minggu.
- Mukormikosis. Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk Mukormikosis paru kronis.
- Parakoksidioidomikosis. Ketokonazol 400 mg per hari merupakan obat pilihan yang diberikan selama 6-12 bulan. Pada keadaan yang berat diberikan terapi awal Amfoterisin B.
- Sporotrikosis. Obat terpilih untuk keadaan ini ialah pemberian oral larutan jenuh Kalium Iodida (1 g/ml) dengan dosis 3 kali 40 tetes sehari yang dicampur dengan sedikit air. Obat Sporotrikosis yang menyerang paru, tulang,
- Aspergilosis. Aspergilosis paru sering terjadi pada penderita penyakit imunosupresi yang berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap pengobatan dengan obat jamur. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B secara intra vena dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg BB setiap hari.
No comments:
Post a Comment