Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica, suatu parasit bersel tunggal. Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista).
Gambar di atas menunjukkan Entamoeba histolytica yang tertanam pada sel inang. Dimana parasit ini melepaskan suatu protein yang membentuk lubang/pori yang disebut amoebapores
Antiamuba bekerja sebagai amubisid yaitu membunuh amuba untuk mengobati amubiasis.
Berdasarkan tempat kerjanya, antiamuba yang dipasarkan di Indonesia adalah antiamuba yang bekerja pada lumen usus dan jaringan yaitu Metronidazol dan turunannya seperti Tinidazol, Nimorazol dan Ornidazol.
Metronidazol sebagai antiamuba efektif untuk amubiasis intestinal dan ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan sebab sebagian besar Metronidazol mengalami penyerapan di usus halus.
Tinidazol memperlihatkan spektrum antiamuba yang sama dengan Metronidazol. Perbedaannya dengan Metronidazol adalah pada waktu paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari.
Amubiasis dinyatakan berhasil bila pada pemeriksaan laboratorium berkala dalam waktu 1, 3 dan 6 bulan tidak ditemukan lagi adanya amuba bentuk histolytica dan kista.
Hilangnya gejala klinik amubiasis belum merupakan jaminan penderita sembuh dari penyakit amubiasis.
Penting untuk mencegah terjadinya infeksi ulang dan ini dapat dilaksanakan dengan pemberian anti amuba yang bekerja sekaligus di jaringan dan lumen usus disertai dengan peningkatan higiene perorangan dan kesehatan lingkungan.
Gambar. Infeksi amubiasis
Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar, sehingga hampir tidak diketahui. Gejalanya bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit, banyak buang gas (flatulensi) dan kram perut.
Selain itu, bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja mengandung darah serta lendir. Bisa terjadi demam ringan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita. Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.
Selain pemberian antiamuba, diperlukan juga tindakan lain yang sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu dan karbohidrat serta protein yang mudah dicerna, pemberian obat yang bersifat simtomatik dan kadang diperlukan antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang menyertai amubiasis.
Untuk pemilihan antiamuba yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda sebaiknya anda periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
dok saya kadir, mau nanya kadan dokter cuma kasih resep obat 15 bj, trus apa setelah obat habis perlu ditambah atau kapan stop minum
ReplyDelete