14 July 2009

Sinusitis



SINUSITIS


Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai semua sinus paranasalis disebut pansunusitis.
Sinus paranasal adalah suatu celah, rongga, atau kanal antara tulang di sekitar rongga hidung. Sinus paranasal terdiri dari empat sinus yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus etmoidalis (kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi), dan sinus sfenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis bisa terjadi pada masing-masing sinus tersebut tetapi yang paling sering terkena adalah sinus maksilaris. Hal ini disebabkan sinus maksila adalah sinus yang terbesar dan dasarnya mempunyai hubungan dengan dasar akar gigi, sehingga dapat berasal dari infeksi gigi.

Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh:
1. Bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, Streptococcus group A, Staphylococcus aureus, Neisseria, Klebsiella, Basil gram -, Pseudomonas.
2. Virus :Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus
3. Bakteri anaerob: fusobakteria
4. Jamur

Patofisiologi
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen.
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.
Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat , obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.

Faktor predisposisi
 Obstruksi mekanis : Deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi konka Infeksi ;
 Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman.
 Adanya infeksi pada gigi
 Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa dan merusak silia

Gejala Klinis
Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh sinusitis dapat dibagi dua, yaitu; gejala subyektif (dirasakan) dan gejala obyektif (dilihat).
Gejala subyektif antara lain: demam, lesu, hidung tersumbat, sekresi lendir hidung yang kental dan terkadang berbau, sakit kepala yang menjalar dan lebih berat pada pagi hari. Pada sinusitis yang merupakan komplikasi penyakit alergi sering kali ditandai bersin, khususnya pagi hari atau kalau dingin.
Gejala obyektif kemungkinan ditemukan pembengkakan pada daerah bawah orbita (mata) dan lama kelamaan akan bertambah lebar sampai ke pipi. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
1. Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.
2. Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
3. Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
4. Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Gejala lainnya adalah: tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari, hidung meler atau hidung tersumbat .
Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau

Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis diantaranya adalah :
1. Transiluminasi,
2. Rontgen sinus paranasalis : sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa ; penebalan mukosa, opasifikasi sinus (berkurangnya pneumatisasi) gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters. CT Scan, Sinoscopy,
3. Pemeriksaan mikrobiologi

Pengobatan
Sinusitis akut
- Untuk sinusitis akut biasanya diberikan: Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan
- Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri
- Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).
Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.

Sinusitis kronis
Diberikan antibiotik dan dekongestan<.
Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid.
Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut).

Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:
- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas
- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam
- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.

Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan.
Pada anak-anak, keadaannya seringkali membaik setelah dilakukan pengangkatan adenoid yang menyumbat saluran sinus ke hidung.
Pada penderita dewasa yang juga memiliki penyakit alergi kadang ditemukan polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat sehingga saluran udara terbuka dan gejala sinus berkurang.
Teknik pembedahan yang sekarang ini banyak dilakukan adalah pembedahan sinus endoskopik fungsional.

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
1. Radang amandel
2. Kelainan pada orbita ; Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena letaknya yang berdekatan dengan mata, Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum, Edema palpebra, Preseptal selulitis, Selulitis orbita tanpa abses, Selulitis orbita dengan sub atau extraperiostel abses, Selulitis orbita dengan intraperiosteal abses, Trombosis sinus cavernosus
3. Kelainan intrakranial : Abses extradural, subdural, dan intracerebral, Meningitis, Encephalitis, Trombosis sinus cavernosus atau sagital
4. Kelainan pada tulang : Osteitis, Osteomyelitis
5. Kelainan pada paru : Bronkitis kronik, Bronkhiektasis
6. Otitis media
7. Toxic shock syndrome
8. Mucocele, pyococele


Sumber: http://medicastore.com/penyakit/55/Sinusitis.html
http://ilmukedokteran.net/pdf/Ilmu-Penyakit-Telinga-Hidung-Tenggorokan/sinusitis.pdf
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/08/serba-serbi-sinusitis

No comments:

Post a Comment