Bayi-bayi besar (Makrosomia) sering dilahirkan dari ibu multi paritas dan ibu diabetes melitus (Cunnighan, 1995 : 422). Semua neonatus dengan berat 4000 gram/ lebih biasanya dianggap sebagai bayi “Makrosomia”.
Ada dua kelompok bayi yang disebut sebagai bayi berat lahir berlebih.
1. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari 3900 gram. Kondisi ini dikenal dengan “Giant Baby” dan dapat terbawa sampai tumbuh dewasa.
2. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal sekitar 2500-3800 gram tapi pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak. Bayi seperti ini diistilahkan dengan bayi dengan berat badan diatas rata-rata.
Ada beberapa hal yang menyebabkan janin kelebihan berat badan :
1. Ibu menderita DM
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusar baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur.
2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Giant baby berpeluan besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
3. Faktor genetik
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
4. Pengaruh kecukupan gizi
Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata.
5. Bukan kehamilan pertama
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.
Pengertian
- Makrosomia adalah merupakan gambaran yang khas untuk bayi ibu Diabetes Mellitus (BIDM) (Ilmu Kesehatan Anak, Ali Markum).
- Marosomia yakni berat bayi lebih dari 4000 gram (Kpeerawatan Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
- Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
Kondisi bayi dengan berat lahir di atas rata-rata ini (Makrosomia) membutuhkan perawatan yang lebih/intensive dan harus selalu dipantau untuk menghindari risiko dikemudian hari.
Karakteristik Makrosomia
- Mempunyai wajah berubi
- Badan montok dan bengkak
- Kulit kemerahan
- Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali).
- Lemak tubuh banyak
- Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata.
Etiologi
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
- Pertambahan ukuran dan berat dari hamper seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler
- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat badan
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembanga intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik.
Komplikasi
Makrosomia berisiko mengalami hipoglikemia, hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.
1. Hipoglikemia
Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
2. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada BIDM beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya fungs kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.
3. Polestemia dan Hiperviskositas
Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.
4. Hiperbilirubinemia
Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial heperbilirubinemia.
bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.
Penatalaksanaan
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi.
1. Hipoglikemia
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :
- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix 25 mg/dl maka bayi diberi larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil.
- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa 10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadae glukosa stabil.
2. Hipokalsemia
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10% sebanyak 0.2 – 0.5 ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, brakikardi dan ekstravasasi cairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.
3. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harys dipantau dengan teliti kalau perlu berikan terapi sinar/transfuse tukar darah.
4. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfuse tukar parsial dengan plasma beku segar.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FAkultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sumber: dari sini
No comments:
Post a Comment